The Amazing Bedaya – Legong “CALONARANG

The Amazing Bedaya – Legong “CALONARANG” on WORLD DAY DANCE 2012 SURAKARTA Karya: Retno Maruti & Ayu Bulantrisna Djelantik Calonarang resah karena dirinya dianggap musuh masyarakat. Kekuatannya dianggap mengancam keselamatan orang banyak. Raja Erlangga mengutus Empu Baradah untuk menyingkirkan Calonarang. Baradah menggunakan siasat. dia mengutus Bahula melamar Retna Manggali - anak Calonarang - agar dijadikan istri. Ketika Calonarang lengah, Bahula berhasil membujuk Retna Manggali yang telah menjadi istrinya agar mau mengambil azimat milik Calonarang. Calonarang sadar, perkawinan anaknya dengan Bahula hanyalah sebuah tipudaya. Ketika keinginan untuk dicintai itu dibalas dengan kecurigaan, maka yang lahir adalah api murka. Calonarang meradang, berteriak lantang, menunjukkan bahwa dirinya tak bisa dipermainkan kekuasaan. Peperangan besar itu seakan menyingkap kebenaran, bahwa hitam dan putih, baik dan buruk, selalu hadir berdampingan, mengisi dan menyeimbangkan kehidupan. Pementasan akan dilangsungkan pada: Hari/Tanggal: Minggu, 29 April 2012 Lokasi : Teater Besar ISI Surakarta Indonesia Pukul : 22.00 - 23.15 WIB Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi admin atau Email : padnecwara@yahoo.com

2 comments:

The Legong said...
This comment has been removed by the author.
The Legong said...

Liputan Kompas tentang Pementasan Calonarang:
SOLO, KOMPAS.com--Solo 24 Jam Menari, sebuah peringatan Hari Tari Dunia yang melibatkan lebih dari 3.000 penari, berakhir Senin pukul 06.00 dengan keberhasilan lima penari muda menari selama 24 jam tanpa henti.

Salah satu pertunjukan yang paling mencuri perhatian adalah kolaborasi dua koreografer dan penari kawakan, Retno Maruti dan Ayu Bulantrisna Djelantik, yang melebur tari bedhaya dan legong dalam lakon klasik Bali, Calonarang, Minggu malam.

Berbagai pertunjukan tari di 14 lokasi di Solo yang ditampilkan 144 kelompok tari sejak Minggu (29/4) pukul 06.00 berakhir pada Senin pukul 04.30. Penutupnya, ziarah ragawi Mahasiswa Pascasarjana Institut Seni Indonesia Surakarta di kampus mereka.

Ziarah ragawi mengeksplorasi berbagai bunyi yang direspons lima penari selama 24 jam. Kelima penari—Dionisius Wahyu Anggoro Aji, Yuliani Seconda Titasari, Mohammad Hariyanto, Rizki Al Saddam Saputra, dan penari asal Singapura, Norisham Osman—menari tanpa putus sejak Minggu pukul 06.00.

Begitu selesai, mereka langsung berpelukan. Seluruh penari senior yang berada di pelataran Teater Terbuka Kapal Kampus ISI Surakarta naik ke panggung memberikan ucapan selamat kepada kelima penari muda itu.

”Ini pengalaman luar biasa, saya mengendalikan tubuh, belajar bersabar, dan menjadi lebih tahu tentang tubuh saya. Saya ingin mengajak para penari muda Singapura datang ke Solo 24 Jam Menari 2013,” kata Norisham.

Dalam orasi kebudayaan, Senin pagi, perancang busana Samuel Wattimena menyatakan, berbagai karya sepanjang acara menunjukkan kekayaan tradisi tubuh Indonesia. Ia mengingatkan kelemahan para penari mengeksplorasi busana dalam karya tari kontemporer Indonesia. ”Solo 24 Jam Menari menegaskan betapa rumitnya berbagai busana tari tradisi yang sarat dengan perlambang. Itu belum mampu diolah para penari kontemporer kita, dan itu menggelisahkan saya,” kata Wattimena. (ROW)

http://oase.kompas.com/read/2012/05/01/15162323/5.Penari.Berjaya.Calonarang.Memesona